Wednesday 22 April 2020

MINAT dalam BELAJAR


Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap, berkat latihan dan pengalaman belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dalam hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan aja, dan dimana saja, baik dikampus, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian satu hal yang sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan manusia senantiasa dilandasi oleh Itikad dan maksud tertentu, berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh binatang.
Dalam konteks merancang sistem belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu, maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai hasil tertentu pula kepada siswa. Hal ini dapat diketahui melalui system penilaian yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut menurut Oemar hamalik dapat diartikan “ terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan lain – lain.”[1] Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subyek belajar, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor Intern (dari dalam) diri si subjek belajar dan factor ekstern (dari luar) si subjek belajar. Faktor Internal ini menyangkut faktor-faktor Fisiologis dan faktor Psikologis, tetapi relevan dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan mengenai faktor-faktor intern akan dikhususkan pada faktor-faktor Psikologis.
Kehadiran faktor-faktor Psikologis dalam belajar akan memberikan andil cukup penting, Faktor-faktor Psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaliknya tanpa kehadiran faktor Psikologis secara optimal bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam belajar. Faktor-faktor Psikologis yang dikatakan memiliki paranan penting itu dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran. Sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, sebagaimana dikatakan oleh Sardiman bahwa Proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor Psikologis dari si pelajar, salah satu faktor Psikologis adalah minat.[2]
Minat merupakan faktor dominan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan berprestasi menggerakan dan mengarahkan perbuatan,menopang tingkah laku dan menyeleksi perbuatan individu yang berorientasi kepada keberhasilan. Untuk itu guru harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan kepada siswa.
 Upaya memberikan dorongan belajar kepada siswa dilakukan guru sebelum mengajar dimulai dan waktunya menurut Nana sudjana yaitu saat berlangsungnya proses belajar mengajar terutama pada saat siswa melakukan kegiatan belajar dan pada saat kondisi belajar mengalami kemunduran.
Kepiawaian guru dalam penguasaan strategi pembelajaran merupakan salah satu variabel yang patut di pertimbangkan. Setiap guru memiliki kelebihan dan keterbatasan pribadi. Sebagai contoh di lapangan kadang kadang ada guru yang jika menerangkan pelajaran sangat menarik perhatian dan jelas. Sementara ada guru lain yang walaupun menggunakan strategi pembelajaran yang sama dengan guru yang tadi akan tetapi ia tak mampu menarik perhatian siswa bahkan cenderung membosankan. Hal ini terjadi mungkin karena guru yang pertama tadi memiliki kelebihan dalam hal seni mengajar.
Untuk belajar sangat diperlukan adanya minat. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada minat. Semakin kuat minat yang di miliki akan semakin berhasil pula pembelajaran itu. Jadi minat akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Rosulullah SAW bersabda :     
Artinya :”Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim (laki-laki atau perempuan). Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu karena senang dengan yang ia tuntut”. (HR. Ibnul Barr)
Dalam belajar, minat berperan sebagai Motivating Force  yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar, siswa yang berminat sikapnya senang terhadap pelajaran dan akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar. Sedangkan siswa yang kurang mempunyai minat sikapnya hanya menerima pelajaran. Mereka hanya bergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus bisa tekun karena tidak ada pendorongnya.



[1] Oemar Hamalik. Pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. (Jakarta: Bumi aksara.2002) Cet.1. h. 54
[2] Sardiman, interaksi dan motivasi belajar mengajar. (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004). Cet 11, h. 39-40