Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap, berkat latihan dan pengalaman belajar sesungguhnya adalah ciri
khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan
oleh manusia merupakan bagian dalam hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan
aja, dan dimana saja, baik dikampus, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak
dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian satu hal yang sudah pasti bahwa
belajar yang dilakukan manusia senantiasa dilandasi oleh Itikad dan maksud
tertentu, berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh binatang.
Dalam konteks merancang sistem
belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus
dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu,
maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol
secara cermat. Guru dengan sengaja menciptakan kondisi dan lingkungan yang
menyediakan kesempatan belajar kepada para siswa untuk mencapai hasil tertentu
pula kepada siswa. Hal ini dapat diketahui melalui system penilaian yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
menurut Oemar hamalik dapat diartikan “ terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan lain – lain.”[1] Belajar yang merupakan
proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subyek belajar, ternyata banyak
faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor Intern
(dari dalam) diri si subjek belajar dan factor ekstern (dari luar) si subjek
belajar. Faktor Internal ini menyangkut faktor-faktor Fisiologis dan faktor
Psikologis, tetapi relevan dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan mengenai
faktor-faktor intern akan dikhususkan pada faktor-faktor
Psikologis.
Kehadiran faktor-faktor Psikologis dalam
belajar akan memberikan andil cukup penting, Faktor-faktor Psikologis akan
senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan
belajar secara optimal. Sebaliknya tanpa kehadiran faktor Psikologis secara
optimal bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan
dalam belajar. Faktor-faktor Psikologis yang dikatakan memiliki paranan penting
itu dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran siswa dalam
hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran. Sehingga penguasaan terhadap
bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian, sebagaimana
dikatakan oleh Sardiman bahwa Proses belajar mengajar itu akan berhasil
baik, kalau didukung oleh faktor-faktor Psikologis dari si pelajar,
salah satu faktor Psikologis adalah minat.“[2]
Minat merupakan faktor dominan yang mendorong individu untuk
melakukan kegiatan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan
berprestasi menggerakan dan mengarahkan perbuatan,menopang tingkah laku dan
menyeleksi perbuatan individu yang berorientasi kepada keberhasilan. Untuk itu
guru harus berupaya menimbulkan dan mempertahankan perhatian dan dorongan
kepada siswa.
Upaya memberikan dorongan
belajar kepada siswa dilakukan guru sebelum mengajar dimulai dan waktunya
menurut Nana sudjana yaitu saat berlangsungnya proses belajar mengajar terutama
pada saat siswa melakukan kegiatan belajar dan pada saat kondisi belajar
mengalami kemunduran.
Kepiawaian guru dalam penguasaan strategi pembelajaran merupakan
salah satu variabel yang patut di pertimbangkan. Setiap guru memiliki kelebihan
dan keterbatasan pribadi. Sebagai contoh di lapangan kadang kadang ada guru
yang jika menerangkan pelajaran sangat menarik perhatian dan jelas. Sementara
ada guru lain yang walaupun menggunakan strategi pembelajaran yang sama dengan
guru yang tadi akan tetapi ia tak mampu menarik perhatian siswa bahkan
cenderung membosankan. Hal ini terjadi mungkin karena guru yang pertama tadi
memiliki kelebihan dalam hal seni mengajar.
Untuk belajar sangat diperlukan adanya minat. Hasil belajar akan
menjadi optimal kalau ada minat. Semakin kuat minat yang di miliki akan semakin
berhasil pula pembelajaran itu. Jadi minat akan senantiasa menentukan
intensitas usaha belajar bagi para siswa. Rosulullah SAW bersabda :
Artinya :”Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China, karena
sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim (laki-laki atau
perempuan). Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada
penuntut ilmu karena senang dengan yang ia tuntut”. (HR. Ibnul Barr)
Dalam belajar, minat berperan sebagai Motivating Force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong
siswa untuk belajar, siswa yang berminat sikapnya senang terhadap pelajaran dan akan tampak terdorong terus untuk
tekun belajar. Sedangkan siswa yang kurang mempunyai minat sikapnya hanya
menerima pelajaran. Mereka hanya bergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk
terus bisa tekun karena tidak ada pendorongnya.
[1] Oemar Hamalik. Pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. (Jakarta:
Bumi aksara.2002) Cet.1. h. 54
[2] Sardiman, interaksi dan motivasi belajar mengajar. (jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,2004). Cet 11, h. 39-40