Friday 26 May 2017

PUASA DAN TAQWA


      Taqwa terambil dari akar kata yang bermakna menghindar, menjauhi, atau menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah secara harfiah berartu, "Hindarilah, jauhilah, atau jagalah dirimu dari Allah."
   Makna ini tidak lurus bahkan mustahil dapat dilakukan makhluk. Bagaimana mungkin makhluk menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan "Dia (Allah) bersama kamu di mana pun kamu berada." Karena itu perlu disisipkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah Swt.

     Sebagaimana kita ketahui, siksa Allah ada dua macam :

  1. Siksa di dunia akibat pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan yang ditetapkan-Nya berlaku di alam raya ini, seperti misalnya, "Makan berlebihan dapat menimbulkan penyakit," "Tidak mengendalikan diri dapat menjerumuskan kepada bencana", atau "Api panas, dapat membakar:", dan hukum-hukum alam masyarakat lainnya.
  2. Siksa di akhirat, akibat pelanggaran terhadap hukum syariat, seperti tidak shalat, puasa, mencuri, melanggar hak-hak manusia, dan lain-lain yang dapat mengakibatkan siksa neraka.             Syaikh Muhammad Abduh menulis, "Menghindari siksa atau hukuman Allah, diperoleh dengan jalan menghindarkan diri dari segala yang dilarang-Nya serta mengikuti apa yang diperintahkan-Nya. Hal itu dapat terwujud dengan rasa takut dari siksaan dan atau takut dari yang menyiksa (Allah Swt). Rasa takut ini, pada mulanya timbul karena adanya siksaan, tetapi seharusnya ia timbul karena adanya Allah Swt (yang menyiksa).

     Dengan demikian yang bertaqwa adalah orang yang merasakan kehadiran Allah Swt. Setiap saat, "bagaikan melihat-Nya atau kalau yang demikian tidak mampu dicapainya, maka paling tidak, menyadari bahwa Allah Swt melihatnya," sebagaimana bunyi sebuah hadits.

    Tentu banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut, antara lain dengan jalan berpuasa. Puasa seperti yang dikemukakan di atas adalah suatu ibadah yang unik. Keunikannya antara lain karena ia merupakan upaya manusia meneladani Allah Swt.

Wallahu'alam

#Wawasan Al-Qur'an Dr.M.Quraish Shihab,M.A.