Tuesday 28 April 2020

Seorang Anak usia 4 tahun bertanya "Kenapa harus ada corona"

Foto: Aksi Cegah Penyebaran Virus Corona di Stasiun - Foto ...

Pertanyaan ini muncul dari seorang anak berusia belum genap 5 tahun. Dini hari tadi anak kedua saya seperti biasa ikut bangun sahur dan makan bersama, setelah selesai makan dan santai entah kenapa tiba-tiba spontan muncul pertanyaan darinya ke Mamahnya,“mamah, kenapa sih harus ada corona?..”.

Sebuah pertanyan yang muncul mungkin karena walau masih anak-anak dia sudahh bisa merasakan perbedaan hidup normal seperti biasa dengan keadaan saat ini yang serba dibatasi dan cenderung di rumah saja, secara psikis pasti mereka terganggu karena besar atau kecil pola hidupnya berubah mengikuti orang dewasa atau ayah ibunya yaitu intinya lebih sering ada di rumah.

Kita kembali ke pertanyaan anaku tadi, pertanyaan “kenapa sih harus ada corona” tentunya ini adalah sebuah pertanyaan yang tidak simple atau sederhana untuk dijawab, terlebih yang bertanya adalah anak usia 4 tahunan yang melafalkan “corona” saja dia masih cadel lalu bagaimana cara memberikan penjelasan kepada anak usia tersebut. Ketika dijawab ternyata dia hanya ingin dijawab oleh mamahnya, akhirnya mamahnyalah yang panjang lebar menjelaskan dengan caranya agar anak tersebut bisa memahami alur atau cerita kenapa harus ada corona, namun apa yang dijawab hanyalah berupa narasi seperti dongeng namun menyentuh sisi-sisi operasional keberadaan corona tersebut.

Dari cerita santap sahur itulah saya terpikir untuk menuliskannya di blog saya ini sekaligus mencoba sedikit mengajak pembaca untuk bermuhasabah sekaligus mentadaburi surat Al-Baqarah ayat 155 tentang musibah. Kita semua mungkin sudah sering mendengar baik di televisi, khutbah-khutbah, atau di media online tentang makna surat ini. Saya sendiri sangat sering membaca dan mengulang ayat ini terlebih ketika mengaitkan musibah-musibah yang kerap muncul di negeri tercinta, dan kandungan dalam ayat ini sangat konferehensip untuk bagaimana kita bisa memaknai setiap musibah dengan bijaksana, bersabar, dan meyakini bahwa semua adalah sudah ada dalam suratan taqdir Allah Swt.

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”

Melihat ayat ini saja kita akan faham bahwa Allah Swt pasti akan memberikan kepada kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yaitu ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, buah-buahan dan bahkan kehilangan jiwa. Sebagaimana juga dijelaskan dalam surat Muhammad ayat 31 yanng artinya :

 (“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kammu, dan agar kami menyatakan (baik buruk) hal ihwal.
QS.Muhammad : 31)

 Memang terkadang Allah Swt memberikan ujian atau cobaan  berupa kesenangan dan kebahagiaan dan pada kesempatan lain  Dia memberikan ujian berupa kesusahan, kesedihan seperti rasa takut dan kelaparan. Dalam surat Al-baqoroh ini Allah menjelaskan kepastian memberikan ujian kepada manusia, ujian-ujian tersebut diperjelas menjadi beberapa macam : Pertama, ujian ketakutan. Ibnu Abbas mengatakan maksud dari rasa takut disini adalah rasa takut oleh musuh dan kegoncangan saat di medan perang. Imam Syafi’i mengatakan maksudnya adalah  rasa takut kepada Allah ‘azza wajalla. Kedua, ujian kelaparan. Maksudnya adalah Allah memberikan ujian dengan rasa lapar yang luar biasa. Imam Syafii mengatakan ujian rasa lapar pasti akan Allah berikan kepada setiap mukmin saat bulan Romadhan, yakni saat mereka melaksanakan kewajiban ibadah puasa. Ketiga, ujian kekurangan harta. Maksudnya kurang harta disebabkan oleh sibuknya berperang memerangi orang kafir, sehingga membuat mereka sedikit memiliki kesempatan untuk berdagang dan bekerja.

Imam syafi’i mengatakan maksudnya adalah berkurangnya harta disebabkan kewajiban mengeluarkan zakat. Keempat, ujian kekurangan jiwa. Ibnu Abbas berkata, berkurangnya jiwa karena kematian baik di medan jihad ataupun karena pembunuhan. Sedangkan Imam Syafii berkata, berkurang jiwa karena kematian yang disebabkan penyakit. Kelima, ujian kekurangan buah-buahan. Ibnu katsir berkata, kurangnya buah-buahan diakibatkan kebun-kebun mereka tidak bisa produksi dengan baik sehingga banyak pohon-pohon yang mati dan tidak berbuah. 

Imam Syafi’i berpendapat bahwa maksud “buah” dalam ayat ini adalah anak, yakni buah hati. Artinya, akan ada ujian yang ditimpakan dengan meninggalnya buah hati mereka yang sangat mereka cintai. Ibnu Abbas mengatakan, maksud ayat ini adalah berkurangnya tumbuh-tumbuhan dan hilangnya kebarokahan.

Dan tidaklah Allah menimpakan semua ujian diatas , kecuali sebagai wasilah untuk membedakan kualitas hamba-hamaba-Nya. Dengan musibah-musibah ini manusia terbagi menjadi dua golongan : Pertama, orang  yang mampu menahan dirinya dari berkata dan berbuat yang menunjukan ketidak relaan akan takdir, maka dia itulah orang yang sabar, dan Allah akan memberikan balasan pahala atas kesabarannya, bahkan balasan yang Allah berikan lebih besar daripada ujian atau musibah yang ditimpakan kepadanya. Bahkan musibah akan berubah jadi anugrah baginya, karena musibah ini menjadi jalan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat baginya dengan melaksanakan perintah Allah untuk bersabar dan meraih pahala yang luar biasa atas kesabarannya. Kedua, orang yang berputus asa dalam menghadapi ujiannya, maka dia sesungguhnya mendapat dua musibah sekaligus dengan sikaf putus asanya ini. Musibah pertama adalah hilangnya sesuatu yang dicintai dari dirinya baik itu harta ataupun keluarga, dan musibah yang kedua adalah hilangnya sesuatu yang lebih besar dari musibah itu sendiri, yaitu hilangnya pahala kesabaran dalam menghadapi musibah. Maka hilanglah dari dirinya pahala dan dia mendapati kerugian, berkuranglah keimanan dan hilang rasa syukur kepada Allah

Melihat maksud dan makna dari ayat di atas, maka saat pandemic virus corono ini menjalar keseluruh Negara di dunia khususnya di negeri kita jelaslah jika ada pertannyaan “kenapa harus ada corona” maka kita bisa membuat kesimpulan jawaban yaitu, bahwa semua tidak lepas dari ketentuan-Nya, Allah Swt pasti menguji hamba-hamba-Nya baik dengan kesenangan atau kesedihan, Allah Swt ingin mengetahui seberapa sabar seorang hamba dalam menghadapi ujian yang diberikan-Nya, dan yang terpenting adalah jika kita bisa sabar dalam menghadapinya kita akan diberikan rahmat dan tergolong orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Dan mudah-mudahan wabah ini segera berakhir dan kita dapat kembali hidup normal seperti sedia kala.