Pertanyaan ini muncul dari
seorang anak berusia belum genap 5 tahun. Dini hari tadi anak kedua saya
seperti biasa ikut bangun sahur dan makan bersama, setelah selesai makan dan
santai entah kenapa tiba-tiba spontan muncul pertanyaan darinya ke Mamahnya,“mamah, kenapa sih harus ada corona?..”.
Sebuah pertanyan yang muncul
mungkin karena walau masih anak-anak dia sudahh bisa merasakan perbedaan hidup
normal seperti biasa dengan keadaan saat ini yang serba dibatasi dan cenderung
di rumah saja, secara psikis pasti mereka terganggu karena besar atau kecil
pola hidupnya berubah mengikuti orang dewasa atau ayah ibunya yaitu intinya
lebih sering ada di rumah.
Kita kembali ke pertanyaan anaku
tadi, pertanyaan “kenapa sih harus ada
corona” tentunya ini adalah sebuah pertanyaan yang tidak simple atau
sederhana untuk dijawab, terlebih yang bertanya adalah anak usia 4 tahunan yang
melafalkan “corona” saja dia masih
cadel lalu bagaimana cara memberikan penjelasan kepada anak usia tersebut.
Ketika dijawab ternyata dia hanya ingin dijawab oleh mamahnya, akhirnya
mamahnyalah yang panjang lebar menjelaskan dengan caranya agar anak tersebut
bisa memahami alur atau cerita kenapa harus ada corona, namun apa yang dijawab
hanyalah berupa narasi seperti dongeng namun menyentuh sisi-sisi operasional
keberadaan corona tersebut.
Dari cerita santap sahur itulah
saya terpikir untuk menuliskannya di blog saya ini sekaligus mencoba sedikit
mengajak pembaca untuk bermuhasabah sekaligus mentadaburi surat Al-Baqarah ayat
155 tentang musibah. Kita semua mungkin sudah sering mendengar baik di televisi,
khutbah-khutbah, atau di media online tentang makna surat ini. Saya sendiri
sangat sering membaca dan mengulang ayat ini terlebih ketika mengaitkan
musibah-musibah yang kerap muncul di negeri tercinta, dan kandungan dalam ayat
ini sangat konferehensip untuk bagaimana kita bisa memaknai setiap musibah
dengan bijaksana, bersabar, dan meyakini bahwa semua adalah sudah ada dalam
suratan taqdir Allah Swt.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”
Melihat
ayat ini saja kita akan faham bahwa Allah Swt pasti akan memberikan kepada kita
semua sebagai hamba-hamba-Nya yaitu ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
buah-buahan dan bahkan kehilangan jiwa. Sebagaimana juga dijelaskan dalam surat
Muhammad ayat 31 yanng artinya :
(“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kammu, dan agar kami menyatakan (baik buruk) hal ihwal.
”QS.Muhammad : 31)
Memang terkadang Allah Swt memberikan ujian
atau cobaan berupa kesenangan dan
kebahagiaan dan pada kesempatan lain Dia
memberikan ujian berupa kesusahan, kesedihan seperti rasa takut dan kelaparan. Dalam
surat Al-baqoroh ini Allah menjelaskan kepastian memberikan ujian kepada
manusia, ujian-ujian tersebut diperjelas menjadi beberapa macam : Pertama,
ujian ketakutan. Ibnu Abbas mengatakan maksud dari rasa takut disini adalah
rasa takut oleh musuh dan kegoncangan saat di medan perang. Imam
Syafi’i mengatakan maksudnya adalah rasa
takut kepada Allah ‘azza wajalla. Kedua, ujian kelaparan. Maksudnya adalah
Allah memberikan ujian dengan rasa lapar yang luar biasa. Imam Syafii
mengatakan ujian rasa lapar pasti akan Allah berikan kepada setiap mukmin saat
bulan Romadhan, yakni saat mereka melaksanakan kewajiban ibadah puasa. Ketiga,
ujian kekurangan harta. Maksudnya kurang harta disebabkan oleh sibuknya
berperang memerangi orang kafir, sehingga membuat mereka sedikit memiliki
kesempatan untuk berdagang dan bekerja.
Imam syafi’i mengatakan maksudnya
adalah berkurangnya harta disebabkan kewajiban mengeluarkan zakat. Keempat,
ujian kekurangan jiwa. Ibnu Abbas berkata, berkurangnya jiwa karena kematian
baik di medan jihad ataupun karena pembunuhan. Sedangkan Imam Syafii berkata,
berkurang jiwa karena kematian yang disebabkan penyakit. Kelima, ujian
kekurangan buah-buahan. Ibnu katsir berkata, kurangnya buah-buahan diakibatkan
kebun-kebun mereka tidak bisa produksi dengan baik sehingga banyak pohon-pohon
yang mati dan tidak berbuah.
Imam Syafi’i berpendapat bahwa maksud “buah” dalam
ayat ini adalah anak, yakni buah hati. Artinya, akan ada ujian yang ditimpakan
dengan meninggalnya buah hati mereka yang sangat mereka cintai. Ibnu Abbas
mengatakan, maksud ayat ini adalah berkurangnya tumbuh-tumbuhan dan hilangnya
kebarokahan.
Dan
tidaklah Allah menimpakan semua ujian diatas , kecuali sebagai wasilah untuk
membedakan kualitas hamba-hamaba-Nya. Dengan musibah-musibah ini manusia
terbagi menjadi dua golongan : Pertama,
orang yang mampu menahan dirinya dari berkata dan berbuat yang menunjukan
ketidak relaan akan takdir, maka dia itulah orang yang sabar, dan Allah akan
memberikan balasan pahala atas kesabarannya, bahkan balasan yang Allah berikan
lebih besar daripada ujian atau musibah yang ditimpakan kepadanya. Bahkan
musibah akan berubah jadi anugrah baginya, karena musibah ini menjadi jalan
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat baginya dengan
melaksanakan perintah Allah untuk bersabar dan meraih pahala yang luar biasa
atas kesabarannya. Kedua, orang yang
berputus asa dalam menghadapi ujiannya, maka dia sesungguhnya mendapat dua
musibah sekaligus dengan sikaf putus asanya ini. Musibah pertama adalah
hilangnya sesuatu yang dicintai dari dirinya baik itu harta ataupun keluarga,
dan musibah yang kedua adalah hilangnya sesuatu yang lebih besar dari musibah
itu sendiri, yaitu hilangnya pahala kesabaran dalam menghadapi musibah. Maka
hilanglah dari dirinya pahala dan dia mendapati kerugian, berkuranglah keimanan
dan hilang rasa syukur kepada Allah
Melihat
maksud dan makna dari ayat di atas, maka saat pandemic virus corono ini
menjalar keseluruh Negara di dunia khususnya di negeri kita jelaslah jika ada
pertannyaan “kenapa harus ada corona” maka kita bisa membuat kesimpulan jawaban
yaitu, bahwa semua tidak lepas dari ketentuan-Nya, Allah Swt pasti menguji
hamba-hamba-Nya baik dengan kesenangan atau kesedihan, Allah Swt ingin
mengetahui seberapa sabar seorang hamba dalam menghadapi ujian yang
diberikan-Nya, dan yang terpenting adalah jika kita bisa sabar dalam
menghadapinya kita akan diberikan rahmat dan tergolong orang-orang yang
mendapatkan petunjuk. Dan mudah-mudahan wabah ini segera berakhir dan kita
dapat kembali hidup normal seperti sedia kala.